ASEAN Ingin Lepas Ketergantungan Dolar AS: Potensi CBDC dan Teknologi Blockchain

Published a year ago on April 24, 2023

by Rina Kurniawan

Potensi CBDC dan Teknologi Blockchain

Para Menteri Keuangan ASEAN dan Gubernur Bank Sentral telah membahas kemungkinan untuk mengurangi ketergantungan mereka pada Dolar AS dan menghapus sistem pembayaran, seperti Visa dan Mastercard secara bertahap. Langkah ini berpotensi membuka jalan bagi implementasi mata uang digital bank sentral (Central Bank Digital Currencies/CBDC) dan infrastruktur keuangan berbasis blockchain di wilayah tersebut.

ASEAN dan Dolar AS

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) adalah organisasi antar pemerintah yang bertujuan untuk mempromosikan kerja sama ekonomi, politik, dan budaya di antara sepuluh negara anggotanya. 

Secara historis, Dolar AS telah memainkan peran penting dalam transaksi keuangan di kawasan ASEAN, karena statusnya sebagai mata uang cadangan dunia. Namun, ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi baru-baru ini telah membuat negara-negara ASEAN mempertimbangkan kembali ketergantungan mereka pada Dolar AS.

Di samping itu, Visa dan Mastercard telah lama menjadi sistem pembayaran yang dominan di kawasan ASEAN. Namun demikian, meningkatnya kekhawatiran atas biaya transaksi, privasi data, dan kontrol terpusat telah membuat Menteri Keuangan ASEAN dan Gubernur Bank Sentral mempertimbangkan sistem pembayaran alternatif. Dengan mengeksplorasi teknologi keuangan baru, negara-negara ASEAN bertujuan untuk mempromosikan integrasi dan ketahanan ekonomi regional.

Presiden Indonesia, Joko Widodo, pun telah mendesak pemerintah daerah untuk mulai menggunakan kartu kredit yang diterbitkan oleh bank lokal dan secara bertahap berhenti menggunakan sistem pembayaran luar negeri, seperti Visa dan Mastercard. Dia berargumen bahwa Indonesia perlu melindungi diri dari gangguan geopolitik, mengutip sanksi yang menargetkan sektor keuangan Rusia dari AS, UE, dan sekutunya atas konflik di Ukraina.

“Penggunaan kartu kredit pemerintah daerah, zamannya sudah digital seperti ini, mestinya ini semua bisa menggunakan. Kalau kita bisa menggunakan itu bisa mandiri,” kata Jokowi dalam Pembukaan Business Matching Produk Dalam Negeri di Jakarta, Rabu (15/3).

Potensi Central Bank Digital Currencies (CBDC)

Salah satu solusi untuk melepaskan ketergantungan akan mata uang Dolar AS dan sistem pembayaran global terpusat adalah mengoptimalkan CBDC dan adopsi teknologi blockchain.

CBDC sendiri adalah mewakili bentuk digital mata uang fiat suatu negara, dikeluarkan dan diatur oleh bank sentral. CBDC menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan sistem pembayaran tradisional, termasuk keamanan yang ditingkatkan, biaya transaksi yang lebih rendah, dan peningkatan inklusi keuangan. Selain itu, CBDC dapat membantu negara-negara ASEAN mengurangi risiko yang terkait dengan ketergantungan berlebihan pada Dolar AS dan memperkuat kerja sama mata uang regional.

Bank Indonesia (BI) tengah mengembangkan penggunaan CBDC. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyebut pengembangan CBDC ini dilakukan karena aset kripto membutuhkan referensi satuan hitung dari mata uang digital yang berdaulat.

Perry mengatakan CBDC perlu dipromosikan di negara-negara ASEAN, seiring dengan perkembangan aset kripto yang begitu cepat saat ini. Makanya bank sentral berkewajiban untuk mempercepat pengembangan mata uang digital bank sentral. Salah satunya dengan melakukan promosi CBDC kepada publik, termasuk negara kawasan ASEAN.

“Kami berkewajiban untuk mempercepat pengembangan mata uang digital bank sentral,” kata Perry dalam acara High Level Seminar From ASEAN to The World bertajuk “Payment System in Digital Era” dikutip Antara, Rabu (5/4).

Merangkul Teknologi Blockchain

Blockchain berpotensi merevolusi sektor keuangan. Dengan mengadopsi sistem berbasis blockchain, negara-negara ASEAN dapat meningkatkan efisiensi dan keamanan transaksi keuangan mereka. Teknologi ini juga dapat memfasilitasi pengembangan produk dan layanan keuangan baru, mendorong inovasi dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

“Blockchain dan programmable money telah membuka era baru dalam sistem keuangan global dan pembayaran digital lintas negara. Dengan kecepatan, keamanan, dan transparansi yang tak tertandingi, teknologi ini menciptakan jembatan yang menghubungkan ekonomi dunia, menghilangkan hambatan, dan memberdayakan masyarakat untuk bertransaksi dengan lebih efisien dan inklusif,” ungkap CEO D3 Labs, Chung Ying Lai.

“Kami percaya bahwa, melalui inovasi blockchain dan programmable money, kita akan menciptakan masa depan keuangan yang lebih adil dan berkelanjutan untuk semua”, lanjutnya.

Tantangan dan Kekhawatiran

Ying menambahkan meskipun CBDC dan teknologi blockchain menawarkan peluang yang menjanjikan bagi negara-negara ASEAN, beberapa tantangan dan kekhawatiran harus diatasi. Ini termasuk kebutuhan akan kerangka peraturan yang kuat, perlindungan privasi data, dan langkah-langkah keamanan siber. 

Selain itu, interoperabilitas dan kolaborasi di antara negara-negara ASEAN akan sangat penting untuk keberhasilan penerapan teknologi baru ini.

Langkah untuk mengurangi ketergantungan pada Dolar AS dan menghapuskan sistem pembayaran global terpusat oleh Menteri Keuangan ASEAN dan Gubernur Bank Sentral mencerminkan minat yang meningkat dalam mengeksplorasi sistem keuangan alternatif. 

“Dengan merangkul CBDC dan teknologi blockchain, kawasan ini berpotensi meningkatkan ketahanan ekonominya dan mempromosikan inovasi. Namun, sangat penting untuk mengatasi tantangan terkait dan mendorong kerja sama regional untuk memastikan keberhasilan penerapan teknologi baru ini,” pungkas Ying.

Latest