Aset Tokenisasi Indonesia: Gerbang bagi Investor Institusional
Published a week ago on November 08, 2024
by Putra Ranu Pradasa
Ada tanda-tanda penguatan dalam ekonomi global selama pemilihan umum AS pada 5 November lalu. Bitcoin diperdagangkan pada $75.060, menunjukkan kenaikan 8,4%. Menurut laporan ET, respons positif pasar tampaknya dipengaruhi oleh sikap Trump yang lebih mendukung mata uang kripto dibandingkan Harris. Indeks dolar menguat menyusul hasil jajak pendapat awal Trump, naik 1,25% menjadi 104,72, diukur terhadap enam mata uang utama, termasuk euro dan yen.
Tren positif ditandai dengan meningkatnya investasi aset digital dari institusi. Mereka semakin banyak mengeksplorasi kombinasi blockchain, smart contract, dan teknologi tokenisasi untuk meningkatkan infrastruktur layanan keuangan dan alur kerja institusional. Sejumlah institusi sell-side dan buy-side, termasuk Franklin Templeton, telah memanfaatkan jaringan mereka untuk mengejar strategi aset digital mereka. Institusi tertarik pada rangkaian infrastruktur enterprise-grade dan peningkatan fokus pada tokenisasi dan keuangan on-chain.
Investor Institusional Melihat Aset Digital sebagai Kelas yang Menjanjikan.
Mulai dari modal ventura dan dana pensiun hingga dana lindung nilai kripto, ada konsensus yang berkembang di antara investor institusional bahwa aset digital, termasuk mata uang kripto, memiliki tempat penting dalam alokasi aset. Saat ini, rata-rata alokasi aset digital dalam portofolio institusional berkisar antara 1% hingga 5%, tergantung pada selera risiko. Menurut survei 2023, 69% investor institusional mengantisipasi peningkatan alokasi mereka ke aset digital dan/atau produk terkait dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Mereka juga memperkirakan kepemilikan aset digital akan mencapai 7,2% dari portofolio mereka pada tahun 2027. Menurut The Economist Impact, lebih dari 38% investor institusional berencana untuk meningkatkan alokasi portofolio mereka ke reksa dana/exchange-traded funds (ETF) yang berinvestasi di perusahaan yang terkait dengan industri blockchain/aset digital.
Pertimbangan Pemilihan Proyek Blockchain.
Pembeli biasanya mempertimbangkan beberapa faktor penting saat berinvestasi dalam proyek blockchain, termasuk:
Pertama, pembeli institusional fokus pada program yang memprioritaskan protokol yang menunjukkan peningkatan terukur dalam proses, onboarding, dan administrasi dibandingkan metode tradisional.
Kedua, pembeli institusional cenderung fokus pada protokol dengan strategi matang untuk mengintegrasikan modal off-chain ke dalam aset-aset ini, sehingga memperluas di luar kumpulan likuiditas kripto-native.
Terakhir, pembeli bertujuan untuk menavigasi lanskap peraturan dan kepatuhan dengan hati-hati, karena banyak dari aset ini diklasifikasikan sebagai sekuritas.
Indonesia: Pasar Berpotensi untuk Tokenisasi Aset
Ekonomi Indonesia telah menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan yang luar biasa, menciptakan latar belakang yang menguntungkan untuk investasi alternatif seperti:
- Pertumbuhan Ekonomi: PDB Indonesia tumbuh 5,3% pada tahun 2023, melebihi proyeksi sebelumnya (Statistik Indonesia, Tinjauan Ekonomi Q1 2024). Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan akan berakselerasi menjadi 5,5% pada tahun 2024, didorong oleh konsumsi domestik yang kuat dan meningkatnya investasi asing.
- Pertumbuhan Ekonomi Digital: Ekonomi digital Indonesia mencapai $77 miliar pada tahun 2023 dan diproyeksikan tumbuh menjadi $130 miliar pada tahun 2025, menciptakan banyak peluang bagi modal ventura dan investasi ekuitas swasta.
- Kesiapan Regulasi Sandbox: Pada Juni 2024, Otoritas Jasa Keuangan Indonesia memfasilitasi konsultasi sandbox untuk 10 peserta potensial, menampilkan model bisnis seperti Crowdfunding Sekuritas, kredit karbon, dan Akses Upah yang Diperoleh. Di antara proposal sandbox, D3 Labs berfungsi sebagai platform tokenisasi aset yang membantu bank-bank besar di Indonesia, seperti BTN, dalam menguji dan mengembangkan kasus penggunaan tokenisasi aset.
D3 Labs Berkolaborasi dengan Bank-Bank Terkemuka di Indonesia dan Asia Tenggara untuk Tokenisasi Aset
D3 Labs saat ini sedang mengembangkan kasus penggunaan untuk tujuh bank besar Asia Tenggara dan berpartisipasi dalam sandbox peraturan di dua yurisdiksi. D3 Labs berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan top-tier seperti BCA, BTN, Mandiri, dan Pegadaian, dengan banyak kesepakatan yang sedang berlangsung mendekati penyelesaian. Proyek blockchain saat ini mencakup berbagai aplikasi, termasuk tokenisasi REIT, deposito tokenisasi, transaksi lintas batas, emas tokenisasi, dan banyak lagi.
Selama Singapore Fintech Festival 2024, D3 Labs mengeksplorasi potensi permintaan dari pembeli institusional web3. Kami melihat minat yang signifikan dari investor institusional dan modal ventura terkemuka yang ingin mengeksplorasi proyek blockchain di Indonesia, terutama dalam sekuritas berbasis aset dan aset pendapatan tetap. Ini menandakan bahwa pasar Indonesia siap untuk merangkul ekonomi terdesentralisasi melalui teknologi blockchain. Regulator berusaha untuk membangun ekosistem peraturan dan kepatuhan yang kuat yang didukung oleh kolaborasi kuat antara lembaga keuangan, perusahaan fintech, dan sektor swasta.
Latest
Event and Conferences / 5 days ago
Mempersiapkan Masa Depan: Pembayaran Generasi Berikutnya di Indonesia
Articles / 2 months ago
Blockchain Melampaui Hype: Pandangan D3 Labs tentang Aplikasi Dunia Nyata
Articles / 2 months ago
D3 Labs Merevolusi Penelusuran Aset dan Tata Kelola untuk Klien Komoditas
Press Release / 2 months ago
Pengaruh Digitalisasi Instrumen Keuangan terhadap Sektor Keuangan